WD 1 FUSHA Dr. Zulkifli, MA,  “Akreditasi Itu Menjaga Dan Memperbaiki Kualitas”

Pontianak, (fusha.iainptk.ac.id) – Dalam dunia pendidikan tinggi, akreditasi bukanlah sekadar label administratif yang menempel di dinding kampus. Ia adalah napas kehidupan yang mencerminkan kualitas, kredibilitas, dan arah masa depan suatu lembaga pendidikan. Dr. Zulkifli, MA, Wakil Dekan I Fakultas Ushuluddin dan Adab IAIN Pontianak, menegaskan bahwa akreditasi memiliki peran sentral baik untuk keperluan internal maupun eksternal kampus.

Dari sisi internal, akreditasi menjadi alat evaluasi yang sangat berharga. Melalui proses akreditasi, perguruan tinggi dapat mengukur sejauh mana kualitas pembelajaran yang telah berjalan. Ini menjadi cermin besar untuk melihat dengan jujur: apa yang sudah sesuai dengan standar nasional pendidikan, apa yang bahkan telah melampaui standar tersebut, dan mana yang masih perlu diperbaiki. Lebih dari sekadar formalitas, akreditasi memicu perbaikan berkelanjutan. Artinya, ia adalah bagian penting dari semangat untuk terus bertumbuh dan berkembang.

Sementara itu, dari sisi eksternal, akreditasi menjadi tolak ukur utama bagi masyarakat dalam menilai mutu suatu program studi atau kampus secara keseluruhan. Lulusan dari program studi dengan akreditasi unggul tentu memiliki daya saing yang lebih tinggi di dunia kerja. Mereka tidak hanya diuntungkan dari segi prestise, tetapi juga dalam akses dan peluang kerja. Lembaga-lembaga pengguna tenaga kerja cenderung lebih percaya terhadap lulusan dari kampus yang akreditasinya telah terbukti unggul. Dengan kata lain, akreditasi membuka pintu-pintu peluang lebih luas bagi para alumni.

Tak hanya bagi lulusan, calon mahasiswa dan orang tua pun menjadikan akreditasi sebagai indikator utama dalam memilih perguruan tinggi. Ketika melihat dua program studi serupa di dua kampus berbeda, mereka akan mempertimbangkan akreditasi sebagai pembeda utama. Apalagi jika faktor biaya dan lokasi tak terlalu jauh berbeda, tentu akreditasi unggul akan menjadi pilihan utama.

Lebih jauh, akreditasi saat ini tidak lagi hanya menilai proses administratif atau kelengkapan dokumen, melainkan juga memperhatikan capaian nyata: apakah lulusan cepat mendapatkan pekerjaan? Apakah pekerjaan itu relevan dengan bidang studinya? Apakah lulusan memiliki kompetensi yang seimbang antara keterampilan teknis dan kualitas moral? Ini menunjukkan bahwa akreditasi telah berkembang menjadi mekanisme yang lebih holistik, mencerminkan kualitas lulusan secara menyeluruh baik secara profesional maupun personal.

Dr. Zulkifli juga mengingatkan bahwa pendidikan bukan hanya tentang seberapa cepat seseorang bisa bekerja setelah lulus, tetapi juga tentang bagaimana manusia dibentuk secara utuh dari sisi moral, spiritual, dan karakter. Ia mencontohkan Jepang sebagai negara dengan sistem pendidikan yang tidak hanya unggul dalam teknologi, tetapi juga kuat dalam budi pekerti dan penghargaan terhadap budaya. Kita perlu meniru semangat itu, menghasilkan lulusan yang tidak hanya pintar, tetapi juga bermoral.

Di akhir pernyataannya, Dr. Zulkifli menekankan bahwa akreditasi adalah sebuah komitmen untuk menjaga dan memperbaiki kualitas secara berkelanjutan. Ia bukan tujuan akhir, tetapi jalan panjang yang harus terus dilalui oleh setiap institusi pendidikan yang ingin tetap relevan, dipercaya, dan bermakna bagi masyarakat.

Penulis : Asip

Editor : acip doang

Tags:

No responses yet

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *